Senin, 05 September 2011

DI UJUNG PENCARIAN



Oleh : M.Najib Aulia Zaman
Segelas kopi tersaji di pagi itu, senin 24 Juli 2006,di atas dipan bambu kita bercengkerama, berbagi rasa akan sebuah cerita kehidupan antara aku dan kamu sahabat yang belum genap seminggu aku kenal. Kau mulai bagikan cerita tentang pahit getir hidupmu, menapaki sejengkal kehidupan yang muram, mendaki terjalnya cobaan, bahkan kau ceritakan sederet kisah dari dunia hitamu dan di pagi itu munculah sebuah pengakuan “bahkan dengan diriku pun aku tak kenal dan nyaris aku pun tak pernah mengenal siapa Tuhanku, aku tidak meyakini adanya Tuhan karena aku tak juga melihatNya”, begitu katamu kala itu. Meski begitu tak sedikitpun kutemukan resah di wajahmu, merasa tak penting untuk mengakui kebodohan itu. Pikirku untuk apa aku harus berlama-lama menemaninya,seorang yang mengingkari keberadaan diri dan Tuhanya sendiri.
Perlahan kuseka tepi cangkir yang hangat yang telah tersaji di depanku untuk sedikit mengurangi rasa dingin yang mendekap tubuhku sembari mencerna celotehanmu yang seakan tanpa sepasi meluncur deras dari mulutmu yang tanpa arah bercampur dengan sisa aroma wisky yang