Senin, 20 Mei 2019

MELAWAN AHLUL FITNAH WAL JAMA’AH

Alhamdulillah masih ada kesempatan buat menulis, setelah sekian lama tidak menuangkan pemikiran dalam bentuk tulisan. Sepertinya saya sedang terjangkit syndrome Mager (Malas Gerak) bahkan untuk sekedar ngetik di tuth keyboard komputer. Semangat untuk kembali menulis ini didorong oleh maraknya informasi yang bertebaran di dunia maya yang cenderung mereduksi cara kerja akal sehat kita, karena ketika dibiarkan dan tanpa counter akan menimbulkan kekacauan (chaos) dalam sikap, ucapan dan tindakan. Rasanya gerah juga kalau hanya sebatas menjadi bagian silent majority yang hanya bisa menyimak dan memendam amarah, padahal sudah jelas mereka para Ahlul fitnah wal jama’ah harus kita lawan. Tapi untungnya kemarahan itu tidak saya luapkan dalam bentuk caci makian apalagi sampai gebrak-gebrak meja, lebih baik disalurkan dalam bentuk tulisan yang sekiranya bisa menjadi solusi untuk ditawarkan.

Rabu, 12 September 2018

BONEKA DI BALIK JENDELA KACA

Dimana anak-anak kecil yang katanya periang dan lucu itu? Kenapa dimana-mana kini kudapati mereka tertunduk membisu? Mana canda tawa antar sesama teman sepermainanya? Kenapa kepolosan celotehan mereka tiba-tiba hilang? Bahkan, boneka dibalik jendela kaca itu pun enggan menjelaskan.
Dunia mereka kini kurasa hampa, tidak ada lagi gelak tawa yang sempurna. Boneka-boneka itu kini mereinkarnasi menjelma menjadi gambar animasi yang berselancar dibalik layar-layar ponsel pintar. Keceriaan mereka hanyut tenggelam terbawa arus peradaban. Dan tidak hanya boneka dibalik jendela kaca itu saja yang kini terasingkan, bahkan teman sepermainan, sahabat, kerabat, orang tua dan sanak saudara.

Sabtu, 07 April 2018

LEBIH BAIK AKU DIAM SAJA

Jangankan Puisi sedangkan Agama pun tak kau resapi
Jangankan menilai seni, pada keindahan bahasa saja engkau buta
Jangankan Sukma ulama saja bisa kau hina
Lantas engkau bilang bela Agama, sedangkan pada mereka
Yang tertipu uang berjuta-juta engkau diam saja
Sajak itu kini tak bertuan
Pada seorang budayawan ia dilahirkan
Elok rupawan penuh kejujuran
Kini dicampakan oleh mereka yang mengaku pemilik kebenaran
Untuk apa belajar sastra jika hanya untuk dihina bahkan bisa berujung penjara
Lebih baik aku diam saja berkarya bukan untuk mereka
Sekedar meluapkan rasaku karena aku takut imanmu terganggu
Sajak itu kini terbuang karena datang perdebatan
Sukma butuh raga seperti halnya Rangga butuh Cinta
Raga itu adalah Indonesia dan Indonesai bukan milik “mereka” saja. (Njb)

Magelang, 8/4/2018


Kamis, 21 Desember 2017

MAHA DAYA BACA

Kalau kita mengamati karakter pengguna media sosial hari ini bagaimana mereka menanggapi sebuah kasus, peristiwa atau bahkan isu yang  beredar di dunia maya. Cukup bisa menjadi parameter budaya baca masyarakat kita. Pada era sebelum berkembangnya tehnologi seperti sekarang, minat baca masyarakat kita pada buku terbilang masih rendah. Bahkan jauh dibanding dengan Negara-negara maju lainya. Hari ini ketika perkembangan tehnologi semakin pesat seharusnya menjadi tumbuh kembangnya budaya baca masyarakat karena akses informasi yang semakin mudah.

Selasa, 18 Juli 2017

DARI SEBUAH PESAN

Ada satu pesan yang sangat bagus dari buku yang pernah saya baca karangan Ajahn Brahm, seorang biksu yang kata-katanya sangat inspiratif. Dalam buku itu tertulis ”Apapun yang kau lakukan,curahkan segala yang ada pada dirimu”. Dari pesan yang sederhana ini saya mencoba mengangan-angan dan  menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, ternyata efeknya luar biasa.Pada saat bekerja saya mencoba mencurahkan segalanya pada apa yang saya kerjakan, saat istirahat saya mencoba mencurahkan secara total untuk istirahat,saat bergaul berkumpul dengan teman-teman,saya mencoba mencurahkan segala yang ada. Meski, jujur untuk yang terakhir ini saya kadang belum bisa melakukan sepenuhnya, tidak lain karena gangguan Smartphone yang sudah kadung possesif.

Minggu, 16 Juli 2017

Pendidikan di Mata Kang Hasan

Membaca tulisan kang Hasan (Nama lengkapnya,Hasanudin Abdurachman. Doktor Fisika lulusan Universitas Jepang) menjadikan pikiran saya lebih terbuka. Tulisanya menarik dan mudah dicerna karena disampaikan dengan bahasa yang sederhana dan yang pasti karena beberapa tulisanya mengangkat isu yang dekat dengan keseharian kita.

Rabu, 28 Juni 2017

“JEJAK SANG MARTIR ”

(**Cerpen ini saya buat untuk partisipasi mengikuti Lomba Cerpen dalam Rangka Gebyar Hari Santri tahun lalu (2016), tapi karena tidak masuk nominasi lebih baik saya bagikan disini. Selamat Menikmati)
Suara lantunan kalam ilahi terdengar lirih di sudut ruang salah satu kamar pesantren. Dengan terbata mengeja alif, Ba,ta lelaki tua yang akrab dipanggil pak Darsin itu beberapa kali mengulang bacaanya agar terdengar fasih. Sulit baginya untuk bisa megucap dengan jelas deretan huruf huruf hijaiyah itu. Selain memang belum mengerti bacaannya, pandangan matanya yang sudah kabur dan lidahnya yang kelu menjadikanya susah untuk bisa mengucap setiap kata. Namun baginya tidak ada kata terlambat, usia bukanlah penghalang untuk senantiasa belajar. Hasratnya yang kuat untuk bisa membaca al-Quran dengan baik dan benar dibuktikanya dengan selalu mendaras ayat ayat suci  itu siang dan malam.