Jumat, 30 Oktober 2009

KABAR DARI MAYA

Seorang sahabat maya menulis sebuah harapan dalam “layar kaca” mencoba mengirim pesan perdamaian dan persahabatan. Sahabat maya yang lain menulis pesan pada media yang sama mencoba mengajak untuk peduli antar sesama, meski entah mungkin hanya ada di benaknya saja. Sahabat maya yang kurus dengan mata cekung karena keseringan melototin gambar “panas” maya memasukan sampah di pikiranya dan sahabat maya yang dekil asyik berceloteh dengan anti mati gayanya cari gebetan minta bantuan si maya nyarikan pasangan,,dasar….
Maya memang memiliki banyak sahabat, namun tak pernah dia mengenalnya sehingga maya hanya selalu dijadikan obyek bagi mereka yang ingin menyampaikan pesan singkat, mencari informasi bahkan tidak jarang (ma’af) dijadikan pemuas nafsu. Itulah maya banyak sisi yang terungkap hanya dalam sekejap, positif >< Negatif.
Hanya dalam hitungan detik, ratusan bahkan ribuan sahabat maya berekspresi dan kabar dari maya pun ditunggu oleh banyak sahabat-sahabatnya, bagaimana jika kabar itu tidak datang???
Dulu sebelum Maya bermigrasi karena dampak globalisasi, kita semua tidak pernah mengenal siapa Maya, namun sekarang baik orang kota ataupun desa, anak-anak, dewasa,orang tua hampir semua mengenal Maya. Oh..Maya kenapa tidak kau tunda dulu kedatanganmu setelah kami benar-benar siap menerimamu sehingga kau akan diperlakukan sebagaimana mestinya, menjadi symbol peradaban manusia yang masih berada dalam batas moral dan etika, namun sekarang seakan kita dipaksa untuk menyambutmu, bahkan memujamu. Apakah ini sebuah jawaban dari sekenario besar era globalisasi yang menjadikan hilangnya sekat-sekat negara sehingga ukuran moral tak lagi penting. Kebudayaan barat yang permisif, hedonis, individualis dan bebas menggiring arus berfikir, gaya hidup dan prinsip orang-orang timur yang religius, santun, dan toleran menyembah berhala-berhala kapitalisme.
Dunia maya bagaikan fantasi, tapi setiap orang tahu bahwa dunia maya adalah nyata ada dalam kehidupan kita dan sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Sekarang hanya tergantung bagaimana kita akan memperlakukanya……

Hari kemarin ketika aku mulai berani untuk memikirkan masa depan ternyata hari ini telah berubah lagi saat semangatku enggan untuk menghadapi realitas yang ada. Bayangkan saja, belum hilang kabar tentang kondisi bangsa kita yang carut marut sudah disusul dengan berita duka dan bencana. Memang bagi sebagian orang hidup itu adalah sebuah takdir sehingga bagi mereka yang tak mengerti arti hidup menghadapi realita semacam ini kadang malah menyalahkan Tuhan. Namun, bagi sebagian lain menganggap hidup itu adalah sebuah pilihan sehingga ketika menghadapi kehidupan dalam kondisi apapun mereka berusaha untuk tetap semangat dengan harapan pilihan hidupnya kelak bukanlah pilihan yang salah.

Berat memang memikirkan hidup singkat yang semakin tak karuan. Belum lagi ekonomi bangsa tertata e..malah keburu para teroris mengacak-acak ladangnya para investor asing, tertahanlah rejeki bangsa ini. Berpikir untuk mencari rejeki halal yang tak harus bermodal gengsi lagi-lagi birokrasi menghambat usaha kita. Sebenarnya sempat juga kepikiran untuk ikut kuis atau sekedar kirim undian berhadiah yang siapa tahu bisa dapet rejeki nomplok, tapi itu sama saja mengingkari kebodohan kita yang masih sering bertanya “apa iya hidup itu ibarat lotre?”.

Iya sih,,, mengambil jalan pintas dalam hidup juga sebuah pilihan tapi apa mungkin kita bergantung pada pilihan yang nggak jelas yang menafikan kesungguhan kita untuk berikhtiar menentukan arah hidup yang benar? Kenapa dulu tidak berlomba saja dengan densus 88 untuk memburu gembong teroris Nordin M Top karena jika menang selain dapat uang satu miliyar tentunya kita juga akan bangga bisa menangkap penjahat kelas kakap itu. Sekarang dia telah dijemput sang malaikat pencabut nyawa yang berarti telah hilanglah satu kesempatan kita untuk mengejar keberuntungan itu atau malah sebaliknya kita dikejar kesialan tertembus peluru Nurdin Makan tuh Top hingga mengalihkan tujuan perjalanan malaikat pencabut nyawa menghampiri kita.hee..

Kesadaran kita untuk menentukan hidup kadang masih terbawa sikap psimis yang menjadikan kita lupa bertanya untuk apa sebenarnya kita hidup, pertanyaan mendasar yang harus dijawab. Memang, dulu kita tidak dilibatkan dalam penciptaan diri kita, tapi bukan berarti kita harus menyalahkan Tuhan kenapa kita ditakdirkan sebagai makhluk yang tak beruntung, miskin, bodoh, jelek, sakit-sakitan dan masih banyak keluh kesah yang lain. Manusia memang tidak pernah merasa puas meski banyak pilihan yang bisa dia ambil karena itulah bagian dari sifat alami manusia. Kenapa kita tidak mengajukan tawaran saja kepada Tuhan agar diberi ruang untuk mengabdi pada rakyat dengan tidak lupa meminta rejeki yang banyak, Tuhan kan Maha Adil dan Maha Kaya. Sebuah solusi yang logis tapi kurang kritis, bukankah Tuhan itu akan selalu memberikan balasan bagi siapa saja yang berbuat kebaikan?bahkan hanya seberat zarrah pun tanpa harus kita merengek-rengek mengharapkan suatu imbalan akan usaha baik kita itu, mengabdilah pada masyarakat pasti kita tidak akan merasa kekurangan dalam hidup kita asal kita melakukanya dengan hati yang ikhlas dan ingat juga bahwa suatu balasan yang diberikan Tuhan atas apa yang telah kita lakukan itu tidak pasti berupa materi. Kita akan lebih bisa merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika dari apa yang telah kita perbuat itu dan ternyata bermanfaat bagi orang lain adalah adanya perasaan dihargai, dari sini berarti kita pun telah memiliki banyak saudara yang lebih mengerti akan usaha nyata kita.

Aku+Kamu= Kita semua bisa…….we shall overcome,the movement must go on…..!!!!

Jumat, 02 Oktober 2009

LET'S TO BE CREATIVE


Bulan tinggal sepotong dan cahayanya mulai redup ketika Shakespeare masih saja mencorat-coret kertasnya beberapa lembar sebelumnya sudah kumal berceceran di lantai yang dingin. gagal tidak meMbuahkan hasil.
sebelumnya orang tidak peduli ketika Hamlet dipentaskan.Banyak kegagalan yang dilalui seniman besar sebelum karya besarnya muncul. Begitu pula dengan Raden Shaleh Syarif Bustaman. Lukisan monumentalnya Antara Hidup dan Matinya sebelumnya dilalui dengan kegagalan. Beberapa lembar kanvasnya belum kompromi memunculkan lukisan Harimau melawan banteng dengan emosi kuat
Sebagian dari mereka berfikir untuk apa aku harus melakukan semua itu?tetapi jawaban itu pun tak pernah ada dan mereka hanya menemukan suatu perasaan batin yakni kepuasan dalam dirinya. Adanya kebanggaan akan keberhasilan yang telah dicapai dengan melewati kegagalan yang berarti dia telah menunujukan kesuksesanya.
gagasan konseptual yang diaktualisasikan melalui media kertas, kanvas, atau pun lainya sebagai suatu yang membuahkan hasil karya seni merupakan bagian dari eksistensi seorang yang berjiwa kreatif.
kreatifitas tidak akan pernah hadir dari seorang yang merasa takut gagal. kreatifitas juga tidak akan datang dengan sedirinya tanpa usaha untuk berani mencoba. Dua hal inlah yang menjadi kunci uama, meskipun setiap orang memliki potensi untuk bisa menjadi kreatif tergantung bagaimana dia membangun kreatifitasnya itu. Tetapi ketika dua hal itu dilupakan, maka potensi yang ada akan rontok dengan sendirinya.