Jumat, 30 Oktober 2009

Hari kemarin ketika aku mulai berani untuk memikirkan masa depan ternyata hari ini telah berubah lagi saat semangatku enggan untuk menghadapi realitas yang ada. Bayangkan saja, belum hilang kabar tentang kondisi bangsa kita yang carut marut sudah disusul dengan berita duka dan bencana. Memang bagi sebagian orang hidup itu adalah sebuah takdir sehingga bagi mereka yang tak mengerti arti hidup menghadapi realita semacam ini kadang malah menyalahkan Tuhan. Namun, bagi sebagian lain menganggap hidup itu adalah sebuah pilihan sehingga ketika menghadapi kehidupan dalam kondisi apapun mereka berusaha untuk tetap semangat dengan harapan pilihan hidupnya kelak bukanlah pilihan yang salah.

Berat memang memikirkan hidup singkat yang semakin tak karuan. Belum lagi ekonomi bangsa tertata e..malah keburu para teroris mengacak-acak ladangnya para investor asing, tertahanlah rejeki bangsa ini. Berpikir untuk mencari rejeki halal yang tak harus bermodal gengsi lagi-lagi birokrasi menghambat usaha kita. Sebenarnya sempat juga kepikiran untuk ikut kuis atau sekedar kirim undian berhadiah yang siapa tahu bisa dapet rejeki nomplok, tapi itu sama saja mengingkari kebodohan kita yang masih sering bertanya “apa iya hidup itu ibarat lotre?”.

Iya sih,,, mengambil jalan pintas dalam hidup juga sebuah pilihan tapi apa mungkin kita bergantung pada pilihan yang nggak jelas yang menafikan kesungguhan kita untuk berikhtiar menentukan arah hidup yang benar? Kenapa dulu tidak berlomba saja dengan densus 88 untuk memburu gembong teroris Nordin M Top karena jika menang selain dapat uang satu miliyar tentunya kita juga akan bangga bisa menangkap penjahat kelas kakap itu. Sekarang dia telah dijemput sang malaikat pencabut nyawa yang berarti telah hilanglah satu kesempatan kita untuk mengejar keberuntungan itu atau malah sebaliknya kita dikejar kesialan tertembus peluru Nurdin Makan tuh Top hingga mengalihkan tujuan perjalanan malaikat pencabut nyawa menghampiri kita.hee..

Kesadaran kita untuk menentukan hidup kadang masih terbawa sikap psimis yang menjadikan kita lupa bertanya untuk apa sebenarnya kita hidup, pertanyaan mendasar yang harus dijawab. Memang, dulu kita tidak dilibatkan dalam penciptaan diri kita, tapi bukan berarti kita harus menyalahkan Tuhan kenapa kita ditakdirkan sebagai makhluk yang tak beruntung, miskin, bodoh, jelek, sakit-sakitan dan masih banyak keluh kesah yang lain. Manusia memang tidak pernah merasa puas meski banyak pilihan yang bisa dia ambil karena itulah bagian dari sifat alami manusia. Kenapa kita tidak mengajukan tawaran saja kepada Tuhan agar diberi ruang untuk mengabdi pada rakyat dengan tidak lupa meminta rejeki yang banyak, Tuhan kan Maha Adil dan Maha Kaya. Sebuah solusi yang logis tapi kurang kritis, bukankah Tuhan itu akan selalu memberikan balasan bagi siapa saja yang berbuat kebaikan?bahkan hanya seberat zarrah pun tanpa harus kita merengek-rengek mengharapkan suatu imbalan akan usaha baik kita itu, mengabdilah pada masyarakat pasti kita tidak akan merasa kekurangan dalam hidup kita asal kita melakukanya dengan hati yang ikhlas dan ingat juga bahwa suatu balasan yang diberikan Tuhan atas apa yang telah kita lakukan itu tidak pasti berupa materi. Kita akan lebih bisa merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika dari apa yang telah kita perbuat itu dan ternyata bermanfaat bagi orang lain adalah adanya perasaan dihargai, dari sini berarti kita pun telah memiliki banyak saudara yang lebih mengerti akan usaha nyata kita.

Aku+Kamu= Kita semua bisa…….we shall overcome,the movement must go on…..!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar