“SANGU”
Oleh : Najib Aulia Zaman
Suara lantunan kalam ilahi terdengar lirih di sudut ruang masjid. Dengan terbata mengeja alif, Ba, ta lelaki tua yang akrab dipanggil mbah Karsa itu beberapa kali mengulang bacaanya agar terdengar fasih. Sulit baginya untuk bisa megucap dengan jelas deretan huruf huruf hijaiyah itu. Selain memang belum mengerti bacaanya, pandangan matanya yang sudah kabur dan sebagian giginya yang sudah tanggal menjadikanya susah untuk bisa mengucap setiap kata. Namun baginya tidak ada kata terlambat, usia bukanlah penghalang untuk senantiasa belajar. Hasratnya yang kuat untuk bisa membaca al-Quran dengan baik dan benar dibuktikanya dengan selalu mendaras ayat ayat suci itu siang dan malam.
Hari harinya dia habiskan di masjid untuk taqorrub ilallah dengan beri’tiqaf, berdzikir, membaca al-Quran, dan tentunya sholat berjamaah. Tak pernah lelah bibirnya hingga basah mendesah mengalunkan kalimah tayyibah. Sesekali batuk berdahak menyentak, menghentak jiwa jiwa yang sedang tidur nyenyak di sepertiga malam yang mulai berjalan hingga
berkumandang adzan. Matanya terpejam dalam dalam mengisyaratkan pengakuan yang tak sanggup terwakilkan oleh ucapan lisan. Tak lama air matanya mulai bercucuran merambat perlahan di setiap guratan kulit di wajahnya yang tak lagi tampan. Tubuhnya bergetar seirama dengan isak tangisan yang entah apa yang hendak diungkapkan. Hanya bacaan istighfar yang seakan menggambarkan ungkapan penyesalan dari setiap dosa dan kesalahan.
Mbah karsa, salah satu dari sekian orang yang merasa menyesal melewatkan masa mudanya begitu saja, tak banyak hal bermanfaat yang dia lakukan. Kini dia ingin menghabiskan sisa umurnya hanya untuk beribadah dan berbuat kebajikan. Meski kadang dia selalu memprotes keadaan dirinya yang juga dilakukan banyak orang. Kenapa untuk beribadah dan berbuat kebaikan harus menunggu usia senja, bukankah kematian juga bisa datang pada yang muda? Tapi kenapa mereka malah menghabiskan waktu dengan hal hal yang tidak berguna?
Setiap jiwa pasti akan mati, begitu kata kata yang selalu terngiang ketika tanpa sengaja Mbah Karsa mendengar ceramah seorang kyai di salah satu radio milik tetangganya. Mbah karsa sadar akan hal itu dan dia butuh “sangu” menuju kehidupan akhirat, yang menuntut pertanggung jawaban setiap manusia ketika hidup di dunia. Ya, “Sangu”, hanya itu yang dibutuhkan. Entah apakah cukup waktu untuk mencari “sangu” itu menuju perjumpaan dengan Sang Pencipta mengingat sisa umurnya yang tinggal menghitung waktu saja.
Kematian bisa datang kapan saja dimana saja dengan cara apa saja yang semua itu menjadi rahasia-NYA. Mbah Karsa hanyalah salah satu dari sekian sosok dalam kisah kehidupan manusia, yang semua pasti akan dihadapkan pada akhir cerita yang sama yakni kematian. Hanya terkadang kita lupa bahwa untuk bisa menjalani skenario Tuhan itu perlu bekal dalam setiap episodenya. Agar alur cerita kehidupan kita akan nikmat “disaksikan” Tuhan, dan bekal (“Sangu”) yang paling penting adalah bekal keimanan dan ketaqwaan sehingga kelak kita akan menjadi lakon dalam kehidupan kita dengan memainkan peran sebagai Khalifatullah fil ard sehingga cerita kehidupan kita akan berakhir dengan Khusnul khatimah.
Bulan Ramadhan ini hendaknya kita jadikan momentum untuk mencari “sangu” yang sebanyak banyaknya untuk bekal menuju kehidupan akhirat kelak dengan meningkatkan amal ibadah kita. Sembari kembali menanyakan “sangu” apa yang akan kita bawa dalam perjalanan panjang nanti?sudah siapkah dengan “sangu” kita? Tetapi pertanyaan itu belumlah cukup jika kita menyandang gelar Khalifatullah fil ard dimana kita dituntut untuk bisa memberikan kemanfaatan bagi orang lain selama hidup di dunia ini. Maka, apa yang kelak bisa kita tinggalkan untuk kemanfaatan orang lain sebelum kematian menjemput? Adalah pertanyaan yang juga harus kita renungkan kembali. Karena bagaimanapun kesalehan individual tidak cukup menjamin kebahagiaan kita di akherat kelak tanpa dibarengi dengan adanya kesalehan sosial.
Magelang, hari ketujuh Ramadhan 1433 H.
NB: Maaf jika ada kemiripan nama, nama dalam note ini hanya rekaan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar