Minggu, 30 Juni 2013

REPUBLIK KAMPRET PART II

Oleh : M.Najib Aulia Zaman
Untuk yang masih menanyakan untuk apa sebenarnya Reformasi jika masih saja watak culas bak buaya masih bersarang di telaga hati nurani. Untuk yang masih menanyakan apakah kita benar benar sudah  merdeka jika kedaulatan tak lagi tergenggam di tangan dan kebebasan hilang dari pikiran. Untuk yang masih menanyakan untuk apa demokratisasi jika setiap habis pemilihan hanya melantik bunglon dan buaya yang rajin memoles, merias dan merekayasa kebenaran. Selalu saja kita gagap menjawab dan tak ingin tahu jawaban dari pertanyaan pertanyaan itu karena kita sudah terlanjur malu mengakui bahwa kita telah kalah tersungkur di tanah sendiri. Kita terlalu bodoh dan kita
terlalu lemah untuk berontak, karena penindasan, pembodohan dan pemiskinan telah lama dibudidayakan. kita telah terbiasa diajak pasrah menerima keadaan, semua tersistem dalam dunia pendidikan yang menghamba pada korporasi. Pendidikan terkomersialkan demi memenuhi tuntutan pasar yang tanpa sadar itu semua harus dibayar dengan kepicikan anak bangsa memandang realita dan kini terperangkap dalam keminderan, malu mengaku Indonesia. Kita telah terbiasa diajarkan untuk tawakal dari agama yang sakral yang kadang terselip dogma dan norma pesanan penguasa, demi status quo demi kelanggengan kekuasaan. Kita memang telah terbiasa tidur berselimut mimpi dan ketakutan pada tiap tiap malam igauan, di atas tikar kelaparan dan dilelapkan oleh janji janji politisi.
                Dan perjalanan sejarah itu kini telah selesai merangkai bait bait tragedi tentang anak negeri yang dianaktirikan oleh ambisi para pejabat negeri ini. Lihatlah mereka generasi kecil yang  bertekad mengejar mimpi rela bergelantungan di jembatan yang hampir putus, rela berjejal di bangku yang lusuh sambil bersungut memandangi atap langit sekolah yang hampir rubuh, mereka yang dengan keceriaan terbatas masih selalu memimpikan untuk bisa meraih cita citanya meneguk ilmu dari para guru yang meski sebagian kini telah menanggalkan ismenya menjadi guru sebagai sekedar profesi penjual jasa pembaca buku buku ajar dan pembagi lembar kerja siswa. Terpasung oleh kurikulum pesanan asing yang di dalamnya sejarah telah banyak dibelokan, belajar bukan lagi untuk membesarkan jiwa, belajar untuk membesarkan otak yang karena keterbatasanya tak mampu menampung hafalan kata kata, angka angka, prinsip ekonomi dengan modal sedikit mendapat untung yang sebesar besarnya itulah doktrin kapitalisme lalu meledaklah otak itu tercecer meleleh melewati hidung dan telinga. Buku buku ajar seakan telah menjadi “kitab suci” yang tak lagi boleh dikritisi. “kitab suci” ciptaan manusia disakralkan sedangkan kitab suci dari Tuhan justru ditinggalkan, jadilah anak negeri ini abai dengan kebijaksanaan. Padahal kita adalah pewaris sejarah dan peradaban besar, tapi kenapa generasi negeri ini lebih suka mengkerdilkan diri??kadang justru mencaci. Negeri yang sejatinya kaya raya ini, nikmat berlimpah ruah,pernah menjadi mercusuar dunia di balik nama NUSANTARA. Nusa dan antara yang kini hilang dirantau bahasa ditelan kolusi, korupsi yang bersarang di kepala para bayangkari punggawa negeri. Aku takkan pernah rela generasi kecilku malu menyebut Indonesia, aku takkan pernah rela generasi kecilku mencaci ibu pertiwi, negeri surgawi yang dulunnya tempat lahir dan berpijak para ulama, para kyai, para pengobar revolusi sejati. Itulah bagian dari sejarah yang kini mulai terkikis habis oleh rayuan manis kapitalis yang akhirnya Negeri ini akan dihuni oleh para cicak dan buaya, yang menjadikan bangsa ini tak lebih sebagai arena perseteruan berebut kekuasaan, sedangkan tikus tikus berdasi berkeliaran bersembunyi di bawah kolong meja birokrasi, yang sebagian dari mereka  telah menjamah rumah  rakyat dan mulai menggerogoti tiang tiang istana.
Pesan untuk generasi kecilku jangan lagi engkau malu menjadi Indonesia, yakinlah bahwa Garuda masih gagah mengepakan sayapnya. Pancasila akan membimbingmu menjalani hidup di bumi pertiwi ini, bumi yang dulunya sebagai pusat peradaban dunia. Belajarlah pada alam maka DIA akan mengajarkan hakekat kebenaran, jangan terpedaya oleh nafsu maka engkau akan sanggup memberi makna akan kebesaran-NYA dan INDONESIA bagian dari karuniaNYA yang dititipkan pada kita untuk memakmurkanya.

Magelang, 15 Februari 2012 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar