Para sidang pembaca yang terhormat, facebookholic dan para penghuni dunia maya yang saya cintai. Hari ini saya ingin membagikan kegundahan hati yang sedang saya alami. Suatu perasaan yang mungkin sulit untuk dijelaskan karena berada di luar logika dan tidak bisa didiagnosa secara medis. Dimana akhir akhir ini saya merasa sangat takut berada di depan layar televisi yang sedang menayangkan kabar berita khususnya mengenai perkembangan di negeri ini. Betapa tidak, setiap berita yang ada selalu mengabarkan tentang keprihatinan bangsa yang tak kunjung reda. Mungkin untuk lebih kerenya gejala ini
aku namai Newsphobia (suatu ketakutan terhadap kabar berita) tanpa ada alasan yang jelas. Dampaknya, aku selalu merasa alergi untuk menonton televisi. Akhirnya aku memilih berdiam diri di kamar dengerin lagu atau kadang ngetik di depan computer ngungkapin isi hati atau bikin cerpen ditemani dengan segelas kopi.Begitulah aktivitasku akhir akhir ini, namun sesekali aku sempatkan untuk bisa ngumpul bareng temen temen sekedar ngobrol atau berdiskusi. Meskipun pada akhirnya kadang juga membicarakan soal kondisi bangsa yang bikin kita gerah. Namun, bagaimanapun hal itu tetap aku butuhkan agar aku bisa mengetahui secara pasti penyebab phobia ini. Biasanya ketakutan ini sedikit bisa terobati manakala bertemu dengan sahabat sahabat di sekretariat PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) di Belanda (orang jawa biasa menyebut Blondo, maklum lidah Jawa hee..) atau lebih tepatnya di Jerman alias jejer kauman. Karena di sini aku bisa bertukar wacana dengan sahabat yang lain. Di tempat ini aku sering berdiskusi atau sekedar ngobrol ngalor ngulon ngidul baru kemudian ngetan (halah kaya metromini aja muter muter hiii..) dengan beberapa makhluk penghuni disana. Banyak hal yang dibicarakan di tempat ini mulai dari masalah agama, social, politik bahkan sampai pada masalah pribadi masing masing, biasa curhat . Tapi kita anti untuk saling ngegosip kaya acara infotainment sachetan di tipi tipi itu, misal pada ngegosip itu mungkin karena faktor ketidaksengajaan aja.
Ada sisi positif yang bisa kami dapatkan dengan adanya intensitas pertemuan dengan kawan kawan disana selain bisa lebih cerdas karena kapasitas pemikiran kita bertambah melalui diskusi tetapi juga tumbuhnya semangat kebersamaan dan solidaritas yang tinggi, sehingga kita bisa merasakan seperti satu keluarga. Aktifitas yang kita jalani pun sering dilakukan secara bersama sama mulai dari mengerjakan tugas organisasi,merencanakan kegiatan, makan, tidur, bersihin sampah, nyuci, bahkan sampai mandi pun bareng bareng (eitttss,,,yang terakhir ini jangan diekpose, soalnya ini pas kondisi kepepet aja, biasanya waktu air PAMnya mati,,KAMPRet banget).
Di hari itu kebetulan aku ada agenda konsolidosa dengan para kaum tuna asmara dari beberapa penghuni di sana. Orang biasa menyebut konsolidasi, padahal yang bener tu konsolidosa, karena kalimat itu berasal dari kata konsol yang sama maknanya dengan konsultasi dan dosa yang artinya perbuatan dosa. Sehingga konsolidosa bisa diartikan dengan konsultasi masalah perbuatan perbuatan dosa (ngebahas soal mana yang baik dan mana yang tidak baik menurut ajaran agama). Sedangkan konsolidasi berarti konsultasi masalah dasi. Nhah,,lhoh jadi ga nyambung banget kan??heee…
Agenda konsolidosa kali ini ngebahas soal dosa dosa para pejabat di negeri ini. Mulai dari pejabat yang korupsi, meninggalkan kewajiban, menyelewengkan amanat, mengingkari janji, memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi sampai mengeksploitasi rakyat kecil. Memang sudah menjadi rahasia umum kalau banyak pejabat di negeri ini yang bermasalah melakukan hal hal yang tidak sewajarnya sebagaimana tersebut di atas. Korupsi salah satunya, dimana hampir di setiap lini birokrasi pemerintah negeri ini telah terinveksi oleh virus semacam ini, bahkan di tingkat paling kecil sekalipun. Masih ingat kan sama si tambun Gayus Tambunan? Seorang pegawai kantor pajak golongan III A yang sudah sukses ngemplang duit rakyat korupsi hingga milliaran rupiah. Habis gitu dia masih sempat juga pelesiran ke beberapa tempat meski statusnya sudah menjadi tersangka. Orang yang mirip artis Djody versi malpraktek inipun ga pernah menyatakan penyesalanya. Disini jelas banget pihak yang menjaga dia di lembaga pemasyrakatan pun tidak menjalankan tugas dengan baik, alias tidak bertanggungjawab.
Harusnya si Gayus yang sudah terbukti mengembat uang rakyat miliaran rupiah itu dijeblosin ke penjara dengan perlakuan yang sama dengan para napi lain, syukur dibuat lebih menderita, semisal dikasih sel yang ukuranya super sempit, yakni 1mx1mx2m sehingga kalau tidur cukup berdiri saja, sedangkan menu makanya cukup sepotong roti ditambah selai kadal yang dikeringkan, kalau perlu ruanganya dibuat rapat dan cukup dikasih lubang seukuran hidung sekedar untuk bernafas. Ini akan cukup memberi efek jera ketimbang harus dihukum mati karena arwah para koruptor itu akan bergentayangan karena tidak diterima di alam malakut. Kalau sudah begini, bukan tidak mungkin nanti arwah si koruptor akan balas dendam pada kita. Siapa yang ga takut kalau tiba tiba aja ada sepotong manusia dibungkus kaya permen itu nguntit kita terus, kan malah jadi kita yang repot kan?? Tapi kenyataan yang terjadi sekarang apa? ternyata para koruptor itu masih bisa berkeliaran kemana-mana bahkan sampai ke luar negeri kaya si Gayus Tambal ban tadi. Waduhhh,,,sedih banget deh kalau kaya gini #Nangis pe keluar ingusnya :’-( #
Apalagi kalau teringat si nenek Minah yang di bui selama satu bulan dan dikenai denda gara gara mencuri tiga butir kakau, rasanya tidak adil banget. Kalau aku yang jadi presiden pasti sudah aku asingkan tu para koruptor ke pulau komodo biar dijadiin lalapan sarapan pagi mereka. Sayangnya aku ga jadi presiden jadi cuma bisa nyumpahin tu para koruptor semoga mereka kena penyakit bisulan di kedua bola matanya (waduh,, kejem banget hee). Habisnya mereka ga tahu malu banget sih, malah masih mending dengan para tunasusila. Coba deh perhatikan para tunasusila yang lagi ketangkep razia, mereka pasti buru buru nutupin mukanya sewaktu diekspose oleh media karena mereka merasa malu, sedangkan para koruptor justru seakan bangga mengumbarkan senyum, bahkan sesekali melambaikan tangan sewaktu di ekspose oleh media seakan tidak punya malu. Sepertinya dampak Global Narsising sudah menjalar kemana mana. Emang kita fans kamu apa??Dasar kampret.!!!
Baru baru ini ramai diberitakan di media massa soal fasilitas wah di salah satu hotel prodeo bagi para napi yang berduit termasuk salah satunya para napi koruptor. Kita masih ingat juga kan sama Artalyta Suryani tersangka kasus suap BLBI yang termasuk mendapatkan fasilitas mewah di sel penjaranya. Bayangkan, meski di dalam penjara dia masih bisa ngerawat tubuhnya dengan fasilitas salon yang lengkap, tempat tidurnya spring bed layaknya di hotel berbintang, ada kulkas, ac, dan pesawat televisi lumayan gedhe. Pokoknya failitas yang didapat beda jauh dengan para napi kebanyakan. Kita aja yang hidup di luar penjara ga pernah ngerasain fasilitas kaya gitu koq, mau tidur aja harus bawa pentungan buat jaga jaga kalau sewaktu waktu ada tikus yang nyamperin kita mencoba mengusik mimpi kita. Persis seperti kehidupan di camp.wkwkwk…It’s so really kampret, Guys.
Kita pantas shock kalau lihat kondisi seperti ini, gimana nggak disaat masyarakat merasakan betapa sulitnya memenuhi kebutuhan hidup justru para pejabat kita ga mau peduli dan cenderung menghambur hamburkan uang rakyat. Memang sih sudah ada sedikit perhatian terhadap masyarakat miskin dengan mulai dirumuskanya undang undang yang membahas masalah kemiskinan. Tapi lihatlah, proses untuk merumuskan undang undang itu sendir, dimana untuk merancang undang undang itu terlebih dulu melakukan study banding pelesiran ke luar negeri yang pada akhirnya juga mengurangi dana APBN, membahas masalah kemiskinan tetapi pertemuanya dilakukan di hotel hotel berbintang dengan menggunakan uang rakyat, para pejabat yang merumuskan undang undang itu adalah orang orang yang belum pernah merasakan hidup miskin. Alhasil penyusunan undang undang itu hanya dijadikan sebagai proyek semata.
Semakin sedih kalau ngelihat potret kehidupan masyarakat miskin di negeri ini, bahkan fenomena itu kian memprihatinkan mulai dari masyarakat yang masih rela mengkonsumsi nasi aking hingga anak yang tega bunuh diri gara gara orangtuanya tidak sanggup lagi membiayai kebutuhan sekolahnya. Semakin ga tahan,,sesek banget ni dadaku (sambil kucek kucek mata,,,,,,nahan kantuk he he), oke berhubung mata sudah mulai ikutan shock dan pikiran juga kayaknya sudah kram ditambah pantat yang paranoid kelamaan duduk di depan computer maka ada baiknya kita sambung lagi aja besok. See ya…
Bilik Perenungan , selasa 21 november 2011, 22.30 WIB.
Sepakat Bung!! :-)
BalasHapus