Rabu, 26 Oktober 2011

ROMANTIKA “DUNIA MAYA”

KLIK !, Satu pencetan tombol mouse mengantarkan bola mata Ranu ke halaman jejaring sosial Facebook. Sampai di beranda ia masukan wedhang_Jahe@yahoo.co.id ke dalam kolom email dan tempe mendoan sebagai passwordnya. Begitu masuk tidak ada pemberitahuan yang muncul kecuali satu permintaan pertemanan yang menyapa dengan nama Lusi Hanyailusitakkankembali. ‘lagi-lagi alay ‘ (anak lebay.Red.), gumam Ranu dalam hati. Ranu agak sedikit ragu untuk mengkonfirmasi, tapi agaknya foto profil yang nampang di dinding akun itu berhasil merayu mata Ranu untuk menambahkan ke dalam daftar pertemananya. Sejenak ia pandangi foto profil itu, gadis berkulit putih bersih tersenyum manis berhias lesung di kedua pipinya, parasnya elok rupawan dengan rambut hitam lurus tergerai rapi, sorot
matanya bening terpancarkan kesejukan, alis matanya tergores tajam, giginya putih berkilau serasi bersandingkan dengan kedua bibir tipisnya. “sungguh sempurna,indah…”, batin Ranu.
Rasa penasaran dan keingintahuan akan sosok wanita itu mengajaknya untuk membuka bagian demi bagian konten yang ada dalam profil akun tersebut. Meski tak banyak informasi yang didapat, karena didalam identitas pribadinya tidak ditampilkan kota asal, tempat tanggal lahir, agama ataupun riwayat pendidikanya. Dalam data pribadinya tersebut hanya ditampilkan jenis kelamin : perempuan, status: lajang, tertarik pada : laki-laki dan sebaris kalimat dalam kolom biografinya : tak mudah disentuh, halus, penampilan menarik dan bersahabat. Jumlah pertemananya pun baru 12 orang dan Ranu menjadi yang ke 13 dari daftar pertemananya. Didalamnya juga tidak ditemukan pertemanan yang sama. Ternyata dia baru saja bergabung di Facebook, pikir Ranu.
Kembali ia sandarkan sorot matanya pada dinding akun pribadinya. Ia baca kembali posting status lamanya. Lumayan, bahasanya lugas, menarik dan susunan katanya rapi. Namun, statusnya selalu sepi dari komentar ataupun  acungan jempol meski saat ini pertemananya sudah lebih dari 1000 orang.  Ranu sendiri juga jarang bahkan hampir tidak pernah mengacungkan jempol dan mengomentari status orang lain. Mungkin begitulah hukum sebab akibat di jejaring sosial.
Kali ini Ranu mencoba up date status yang sedikit romantis. Sembari merenung, ia mencoba merefleksikan dirinya kembali tentang perjalanan cintanya yang selalu kandas di tengah jalan. Ia mulai menyadari bahwa media ini sebenarnya bisa dijadikan untuk mencari jodoh. “Cinta takkan datang jika kamu menunggu orang yang sempurna tetapi cinta akan datang jika kamu dapat menerima ketidaksempurnaan seseorang dan mencintainya dengan cara yang sempurna”, Begitu bunyi status terbarunya.
TUING !! tiba tiba tanda pemberitahuan muncul sesaat ia bagikan statusnya. Seorang teman menyukai status barunya yang tidak lain adalah Lusi Hanyailusitakkankembali. Terang saja Ranu merasa gembira, cewek yang dikaguminya itu ternyata menyukai statusnya. Baarangkali ini sinyal pertama untuk bisa menjalin hubungan lebih dekat. Dicobanya untuk menyapa di kotak obrolan. “Hai…makasih ya jempolnya he..he.. Secuil kalimat dikirim Ranu untuk mengawali obrolan di sebidang layar monitor. “Hai juga..y cma2, bagus mz statusnya he..he..”. Kalimat balasan yang tidak kalah ramah disampaikan cewek manis itu. Keduanya kemudian terlibat dalam obrolan panjang yang semakin menjadikan akrab.
Semenjak itu Ranu menjadi semakin rajin ngorbit berkelana di dunia maya dan tentunya beronline ria dengan teman barunya itu. Maklum, Ranu memang sedang mencari tambatan hati. “Ranu, kapan kamu mau menikah? Kamu tu sudah cukup umur lho..lihat tu teman teman sebayamu sudah pada gendong anak, hanya tinggal kamu yang belum punya pasangan hidup” begitu kata kata yang selalu diucapkan ibunya yang menginginkan Ranu untuk segera menikah. “ Sabar bu..pada saatnya nanti jodoh itu juga akan datang sendiri” jawab Ranu enteng mencoba menghibur ibunya. “iya,,tapi kan kamu juga tahu kalau jodoh itu harus dicari, yang ibu tunggu itu tinggal kamu” ucap ibunya sedikit bersungut.
KRIIING!! Ranu berhenti berselancar di dunia maya. Ia beranjak dari bilik warnet langgananya. Kali ini ia merasa gembira berbeda dengan hari biasanya. Pasalnya, cewek idamanya itu ternyata mengajak untuk “kopi darat” (mengajak bertemu. Red) agar bisa saling mengenal lebih dekat. “kita ketemu besok jam sebelas, saya tunggu di lokasi wisata bencana. Kebetulan besok minggu saya dan teman teman mau berkunjung kesana. O,ya besok saya mengenakan baju warna merah muda agar gampang diingat. Kita pasti akan bertemu. Toh kita juga sudah saling tahu lewat foto di Facebook” begitu pesan terakhir yang dikirim Lusi. Segera saja ia kabarkan pada ibunya bahwa sebentar lagi dia akan mengenalkan kekasih pujaan hatinya itu. “benarkah itu, Ranu?” Tanya ibu Ranu masih belum percaya. “kamu tidak sedang bergurau kan? Gadis mana yang kamu taksir?” sambungnya bersemangat. “masih rahasia bu” canda Ranu. “Hmm,,jangan buat ibu semakin penasaran ya,,,. Ya sudah lekas kamu persiapkan buat pertemuanmu besok, jangan sampai ada yang mengecewakan” pinta ibunya. Ranu hanya tersenyum kecut sambil berlalu menuju kamarnya.
Keesokan harinya, dua jam lebih Ranu menunggu di lokasi yang sudah dijanjikan tetapi cewek itu belum juga muncul. Sembari menikmati makanan di sebuah warung, mata Ranu mulai berkeliaran memandangi setiap orang yang datang. Setiap hari minggu tempat wisata dadakan ini memang ramai didatangi pengunjung yang masih penasaran dengan kondisi daerah yang dulunya sempat diterjang lahar ketika Merapi meletus belum lama ini. Merah muda…merah muda…merah muda! Hanya warna itu yang ia cari seolah warna lain tak ada di dunia ini.
Semangkuk mie rebus, dua tempe mendoan dan segelas es teh telah ludes ia lahap. Ranu beranjak ke bentangan batuan dan pasir sambil memandangi satu persatu manusia yang tumpah ruah di tempat itu. Merah muda..merah muda..merah muda..
Angin berdesir kencang dan debu debu berterbangan, lamat lamat terlihat di balik sebuah batu besar seorang gadis berbaju merah muda berdiri sambil menenteng sebuah kamera digital sedang membidik beberapa objek di sekitarnya. Setelah yakin betul akan penglihatanya, Ranu beranjak menghampirinya. Tak keliru. Itu dia gadis di facebook itu. Ranu melambaikan tangan. Anggun, lembut dan semakin indah dengan sesungging senyum tipis manis-sama persis dengan paras di foto facebooknya.
“Ma’af, apa betul Anda Lusi?” sapa Ranu ramah. Gadis itu mengangguk santun. Mereka kemudian saling berjabat tangan. “Dua jam lebih saya menunggu di warung itu”, Ranu mengawali perbincangan. Kemudian gadis itu tersenyum dan berujar ringan. “sebenarnya dari tadi saya ada di sini…’’
‘’Lho, kalau begitu, kamu lihat saya?”
“Iya, maaf, saya memang sengaja menguji kesabaran mas…Ya, betapa saya ingin berkenalan dengan pria penyabar seperti mas..”
“Hampir saja saya pulang, untung kamu segera nongol. O, ya mana teman temanmu?” Tanya Ranu.
“Mereka sudah pulang”
“O,ya tadi aku sempat kaget..di depan sini tadi ada seorang wanita setengah umur dengan baju merah muda sedikit lusuh. Eh, ternyata penjual tiwul” kembali Ranu melempar canda.”Ah, masa saya sudah tua”. Kata gadis itu merajuk.
Ranu dan gadis itu kemudian asyik berjalan menikmati udara pegunungan. Matahari makin condong ke barat dan awan menampakan warnanya yang semburat kemerah merahan. O,ya maukah senja nanti mas saya ajak berkenalan dengan orang tua saya?”Tanya gadis itu manja.”oh, tentu”jawab Ranu penuh perhatian.”Rumahku di sebelah bukit itu, kita sewa ojek aja untuk kesana”. Ranu sedikit terperanjat karena ternyata gadis ini tinggal tidak jauh dari lokasi bencana ini.
Dua tukang ojek mengantar dua insan yang sedang di madu asmara berjalan menyisiri lautan pasir dan batu. Senja semakin mendekat awan pun semakin pekat, terlihat keindahan pesona Merapi yang perlahan terkurung kabut. Beberapa saat mereka meninggalkan keramaian, Ranu terkesiap serta merta kendaraan mereka melaju sangat kencang meniti jalan terjal dan berjurang. Tiba tiba matanya menatap sebuah jalan lurus licin berderet pohon rindang di kanan kiri jalan. Di sela sela pohon terhias aneka lampu antik nan artistik. Beragam warna umbul umbul berkibar melambai seakan menyambut kehadiranya. Aroma wangi semerbak mengiringi setiap penggalan jarak yang dilewatinya. Semakin mendekat terlihat beratus prajurit berdiri tegak berjajar mematung dengan aneka ragam busana. Mereka membuka jalan dengan iringan genderang yang bertalu. Suara langgam jawa bergema dengan iringan gending gending bernuansa mistis. Sesaat mereka telah berada dalam sebuah ruang bak istana, gemerlap penuh canda dan suara gemuruh yang asing terdengar telinga.
Esok harinya, sejumlah Koran daerah dan ibu kota ramai memberitakan tentang hilangnya seorang pemuda dan dua orang tukang ojek lengkap dengan sepeda motornya di daerah wisata bencana erupsi Merapi dengan versinya masing-masing.(Njb)

Magelang, 26 Oktober 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar