Membaca tulisan kang Hasan (Nama lengkapnya,Hasanudin
Abdurachman. Doktor Fisika lulusan Universitas Jepang) menjadikan pikiran saya lebih
terbuka. Tulisanya menarik dan mudah dicerna karena disampaikan dengan bahasa
yang sederhana dan yang pasti karena beberapa tulisanya mengangkat isu yang
dekat dengan keseharian kita.
Saya sering membaca tulisanya,khususnya mengenai pendidikan. Baginya pendidikan di Indonesia ini masih banyak yang perlu dibenahi dan dikoreksi,karena ternyata sistem pendidikan kita belum sepenuhnya mampu menjawab kebutuhan kita saat ini. Pendidikan di Indonesia masih didominasi dengan hafalan. Pelajaran di kelas tidak lebih sekedar transfer materi yang ada dibuku demi tujuan meraih nilai atau sekedar bisa menjawab soal ujian.Menurutnya,pendidikan kita masih mengabaikan pembentukan sikap dan karakter. Pelajaran di sekolah lebih sering berfokus pada pengajaran. Saya masih ingat apa yang disampaikan oleh Gus Mus,bahwa memang ada perbedaan mendasar antara mengajar dan mendidik. Mengajar tidak lebih sebuah proses transfer materi pelajaran,sedangkan mendidik selain menyampaikan ilmu juga dibutuhkan keteladanan.
Saya sering membaca tulisanya,khususnya mengenai pendidikan. Baginya pendidikan di Indonesia ini masih banyak yang perlu dibenahi dan dikoreksi,karena ternyata sistem pendidikan kita belum sepenuhnya mampu menjawab kebutuhan kita saat ini. Pendidikan di Indonesia masih didominasi dengan hafalan. Pelajaran di kelas tidak lebih sekedar transfer materi yang ada dibuku demi tujuan meraih nilai atau sekedar bisa menjawab soal ujian.Menurutnya,pendidikan kita masih mengabaikan pembentukan sikap dan karakter. Pelajaran di sekolah lebih sering berfokus pada pengajaran. Saya masih ingat apa yang disampaikan oleh Gus Mus,bahwa memang ada perbedaan mendasar antara mengajar dan mendidik. Mengajar tidak lebih sebuah proses transfer materi pelajaran,sedangkan mendidik selain menyampaikan ilmu juga dibutuhkan keteladanan.
Salah satu tulisanya pernah menyinggung persoalan sederhana,yakni masalah sampah yang dia tarik ke masalah pendidikan. Dalam tulisanya itu dia menyatakan keprihatinanya, ketika dia menyaksikan sendiri ada gunungan sampah di sekolah anaknya seusai pertemuan wali murid,ternyata masih banyak orang yang tidak peduli untuk menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan barangkali mungkin anda juga pernah menemui hal yang sama di beberapa tempat atau mungkin malah anda sendiri yang juga melakukan hal yang sama,membuang sampah sembarangan he he... Lanjut ke cerita tadi,meski sebelumnya guru sudah menghimbau agar para siswa dan orangtua membuang sampah pada tempatnya,tetapi tetap saja,himbauan itu sebatas angin lalu saja. Mereka tidak peduli, selesai acara langsung pulang dengan meninggalkan sampah yang berserakan.
Melihat kejadian itu,penulis kemudian berinisiatif mengambil bak sampah besar dan memunguti sampah yang ada, sebagian siswa yang masih tinggal melihat dan awalnya tidak begitu peduli tapi begitu tersadar kemudian mereka tergerak untuk turut memunguti sampah yang berserakan di halaman tersebut. Dari situ kita belajar bahwa kebiasaan baik itu tidak sekedar diteorikan tetapi dicontohkan. Di lingkup sekolah,tentu Guru harus menjadi teladan bagi para muridnya,sehingga ilmu yang didapat tidak sekedar wacana tetapi juga perlu direalisasikan.
Pada tulisan yang lain,Kang Hasan,juga menyinggung masalah pendidikan karakter yang sering dijadikan bahasan dalam masalah pendidikan dan selalu dianggap persoalan rumit oleh sebagian kalangan pelaku pendidikan,bahkan ada yang kemudian mewacanakan untuk merubah system sekolah. Menurutnya, Pendidikan karakter jadi terdengar rumit, karena kita biasa hidup tanpa karakter. Orang tua dan guru tidak menjadi contoh bagi anak-anak. Misalnya, orang tua/guru mengajarkan tentang kebersihan, tapi mereka sendiri sering buang sampah sembarangan. Mereka mengajarkan soal tepat waktu, mereka sendiri molor. Mereka mengajarkan agar tidak bergunjing, tapi setengah dari hari mereka dipakai untuk bergunjing.
Jadi, kalau mau membangun pendidikan karakter, yang perlu kita lakukan adalah revolusi sikap oleh para orang tua dan guru. Masalah kita adalah kita tidak mau lepas dari berbagai kenyamanan. Kita tidak mau beranjak menjadi manusia brdisiplin, karena tidak disiplin itu nyaman buat kita.
Begitulah sekelumit pandangan dari seorang kang Hasan mengenai pendidikan kita dan masih banyak hal yang diulas dalam beberapa tulisanya.(Najib)
Begitulah sekelumit pandangan dari seorang kang Hasan mengenai pendidikan kita dan masih banyak hal yang diulas dalam beberapa tulisanya.(Najib)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar