Rabu, 28 Juni 2017

“JEJAK SANG MARTIR ”

(**Cerpen ini saya buat untuk partisipasi mengikuti Lomba Cerpen dalam Rangka Gebyar Hari Santri tahun lalu (2016), tapi karena tidak masuk nominasi lebih baik saya bagikan disini. Selamat Menikmati)
Suara lantunan kalam ilahi terdengar lirih di sudut ruang salah satu kamar pesantren. Dengan terbata mengeja alif, Ba,ta lelaki tua yang akrab dipanggil pak Darsin itu beberapa kali mengulang bacaanya agar terdengar fasih. Sulit baginya untuk bisa megucap dengan jelas deretan huruf huruf hijaiyah itu. Selain memang belum mengerti bacaannya, pandangan matanya yang sudah kabur dan lidahnya yang kelu menjadikanya susah untuk bisa mengucap setiap kata. Namun baginya tidak ada kata terlambat, usia bukanlah penghalang untuk senantiasa belajar. Hasratnya yang kuat untuk bisa membaca al-Quran dengan baik dan benar dibuktikanya dengan selalu mendaras ayat ayat suci  itu siang dan malam.

Sabtu, 10 Juni 2017

AMBANG KESADARAN

Di sela gurauan hujan aku diam
Menyimak tingkah awan berkejaran
Berpacu dengan debu menyatu dalam abu
Mengusik bisik rintik

Kamis, 08 Juni 2017

Jeritan Hujan

Seperti hujan, datang membawa kesejukan dengan guyuran air yang mengalir mengusir debu dan kotoran. Tetesan airnya menyapa dedaunan di pucuk pucuk ranting pepohonan mengundang tunasnya  untuk bersemi menampakan diri.  Serentak air menapak bumi meredamkan amarah tanah yang tereksploitasi oleh ulah manusia-manusia serakah. Derita dahaga para penjajah tanah kini seolah terbayar sudah, terhibur hati dari rangkaian melodi segerombolan amfibi, katak, si pelompat hebat yang kini hampir punah akibat buruan manusia-manusia penjaja lidah.
Seperti hujan, yang membawa bencana dengan jeritanya mengubah air bah menjadi darah, melongsorkan tanah, menenggelamkan beribu rumah, membungkam tingkah manusia-manusia yang pongah, memporak porandakan segalanya seolah 

Rabu, 07 Juni 2017

Selasa, 06 Juni 2017

KRITIK DAKU KAU KUTANGKAP

Belum lama ini kita dihebohkan dengan maraknya berita tentang persekusi yang dilakukan oleh sekelompok orang kepada pihak yang mengungkapkan pandanganya atau pemikiranya yang dinilai bertentangan dengan pemahaman sekelompok orang tersebut.
Seperti halnya Bung Denny (Denny Siregar) saya juga termasuk baru mengenal istilah tersebut setelah ramai diberitakan. Sebelumnya saya tahunya hanya perkusi nama suatu alat musik, tapi ternyata beda, ini persekusi suatu istilah yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai perburuan sewenang-wenang terhadap seseorang atau sejumlah warga untuk disakiti.

“MAYA” SPARATING PEOPLE

“Ðidalam keramaian aku masih merasa sepi, ……”
Sepenggal lirik lagu dari grup Band Dewa 19 ini mungkin bisa menjadi gambaran akan fenomena yang terjadi saat ini dimana era digital sedang tumbuh berkembang. Fenomena kesepian di tengah keramaian (lonely croud) sedang menjangkiti masyarakat kita.
Di era digital seperti sekarang ini, ada yang seharusnya menjadi kodrat manusia hilang, yakni bahwa manusia itu adalah mahkluk sosial. Tapi dengan lahirnya era digital telah mengubah perilaku masyarakat kita tidak hanya dari cara berkomunikasi tetapi juga dari ucapan, tindakan, kebiasaan, pola pikir bahkan karakter seseorang yang menjauhkan dari makna komunikasi itu sendiri.