Alhamdulillah masih ada kesempatan buat menulis, setelah sekian lama tidak menuangkan pemikiran dalam bentuk tulisan. Sepertinya saya sedang terjangkit syndrome Mager (Malas Gerak) bahkan untuk sekedar ngetik di tuth keyboard komputer. Semangat untuk kembali menulis ini didorong oleh maraknya informasi yang bertebaran di dunia maya yang cenderung mereduksi cara kerja akal sehat kita, karena ketika dibiarkan dan tanpa counter akan menimbulkan kekacauan (chaos) dalam sikap, ucapan dan tindakan. Rasanya gerah juga kalau hanya sebatas menjadi bagian silent majority yang hanya bisa menyimak dan memendam amarah, padahal sudah jelas mereka para Ahlul fitnah wal jama’ah harus kita lawan. Tapi untungnya kemarahan itu tidak saya luapkan dalam bentuk caci makian apalagi sampai gebrak-gebrak meja, lebih baik disalurkan dalam bentuk tulisan yang sekiranya bisa menjadi solusi untuk ditawarkan.
Kertas Putih
Blog ini berisi tentang segala hal yang akan membantu membuka mata, hati dan pikiran anda untuk menjadi pribadi yang memiliki semangat berinovasi dan berkreasi
Senin, 20 Mei 2019
Rabu, 12 September 2018
BONEKA DI BALIK JENDELA KACA
Dimana anak-anak kecil yang katanya periang dan lucu
itu? Kenapa dimana-mana kini kudapati mereka tertunduk membisu? Mana canda tawa
antar sesama teman sepermainanya? Kenapa kepolosan celotehan mereka tiba-tiba
hilang? Bahkan, boneka dibalik jendela kaca itu pun enggan menjelaskan.
Dunia mereka kini kurasa hampa, tidak ada lagi gelak tawa yang
sempurna. Boneka-boneka itu kini mereinkarnasi menjelma menjadi gambar animasi yang
berselancar dibalik layar-layar ponsel pintar. Keceriaan mereka hanyut
tenggelam terbawa arus peradaban. Dan tidak hanya boneka dibalik jendela kaca
itu saja yang kini terasingkan, bahkan teman sepermainan, sahabat, kerabat, orang
tua dan sanak saudara.
Sabtu, 07 April 2018
LEBIH BAIK AKU DIAM SAJA
Jangankan Puisi sedangkan Agama pun tak kau resapi
Jangankan menilai seni, pada keindahan bahasa saja engkau
buta
Jangankan Sukma ulama saja bisa kau hina
Lantas engkau bilang bela Agama, sedangkan pada mereka
Yang tertipu uang berjuta-juta engkau diam saja
Sajak itu kini tak bertuan
Pada seorang budayawan ia dilahirkan
Elok rupawan penuh kejujuran
Kini dicampakan oleh mereka yang mengaku pemilik kebenaran
Untuk apa belajar sastra jika hanya untuk dihina bahkan bisa
berujung penjara
Lebih baik aku diam saja berkarya bukan untuk mereka
Sekedar meluapkan rasaku karena aku takut imanmu terganggu
Sajak itu kini terbuang karena datang perdebatan
Sukma butuh raga seperti halnya Rangga butuh Cinta
Raga itu adalah Indonesia dan Indonesai bukan milik “mereka”
saja. (Njb)
Magelang, 8/4/2018
Kamis, 21 Desember 2017
MAHA DAYA BACA
Kalau kita mengamati karakter pengguna media sosial hari ini bagaimana mereka menanggapi sebuah kasus, peristiwa atau bahkan isu yang beredar di dunia maya. Cukup bisa menjadi parameter budaya baca masyarakat kita. Pada era sebelum berkembangnya tehnologi seperti sekarang, minat baca masyarakat kita pada buku terbilang masih rendah. Bahkan jauh dibanding dengan Negara-negara maju lainya. Hari ini ketika perkembangan tehnologi semakin pesat seharusnya menjadi tumbuh kembangnya budaya baca masyarakat karena akses informasi yang semakin mudah.
Selasa, 18 Juli 2017
DARI SEBUAH PESAN
Ada satu pesan yang sangat bagus dari buku yang
pernah saya baca karangan Ajahn Brahm, seorang biksu yang kata-katanya sangat
inspiratif. Dalam buku itu tertulis ”Apapun yang kau lakukan,curahkan segala
yang ada pada dirimu”. Dari pesan yang sederhana ini saya mencoba mengangan-angan
dan menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari, ternyata efeknya luar biasa.Pada saat bekerja saya mencoba
mencurahkan segalanya pada apa yang saya kerjakan, saat istirahat saya mencoba
mencurahkan secara total untuk istirahat,saat bergaul berkumpul dengan
teman-teman,saya mencoba mencurahkan segala yang ada. Meski, jujur untuk yang
terakhir ini saya kadang belum bisa melakukan sepenuhnya, tidak lain karena
gangguan Smartphone yang sudah kadung possesif.
Minggu, 16 Juli 2017
Pendidikan di Mata Kang Hasan
Membaca tulisan kang Hasan (Nama lengkapnya,Hasanudin
Abdurachman. Doktor Fisika lulusan Universitas Jepang) menjadikan pikiran saya lebih
terbuka. Tulisanya menarik dan mudah dicerna karena disampaikan dengan bahasa
yang sederhana dan yang pasti karena beberapa tulisanya mengangkat isu yang
dekat dengan keseharian kita.
Rabu, 28 Juni 2017
“JEJAK SANG MARTIR ”
(**Cerpen ini saya buat untuk
partisipasi mengikuti Lomba Cerpen dalam Rangka Gebyar Hari Santri tahun lalu (2016),
tapi karena tidak masuk nominasi lebih baik saya bagikan disini. Selamat
Menikmati)
Suara lantunan kalam ilahi terdengar lirih di sudut ruang salah satu kamar pesantren. Dengan terbata mengeja alif, Ba,ta lelaki tua yang akrab dipanggil pak Darsin itu beberapa kali mengulang bacaanya agar terdengar fasih. Sulit baginya untuk bisa megucap dengan jelas deretan huruf huruf hijaiyah itu. Selain memang belum
mengerti bacaannya, pandangan matanya yang sudah kabur dan lidahnya yang kelu menjadikanya susah untuk bisa mengucap setiap kata. Namun baginya tidak ada kata terlambat, usia bukanlah penghalang untuk senantiasa belajar. Hasratnya yang kuat untuk bisa membaca al-Quran
dengan baik dan benar dibuktikanya dengan selalu mendaras ayat ayat suci itu siang dan malam.
Langganan:
Postingan (Atom)